Biar
cuma
jatuh
satu
tetes
tetap
saja
itu
air
mata,
kan
?
28 Dec 2008
7 Dec 2008
Suatu Hari yang Cerah
bangun di hari yang tidak mengenakkan
sungguhkah aku mengalami hari kemarin?
aku berharap itu tidak terjadi
tapi ternyata bukan mimpi
lukisan bawor bikinan pak kardi di depan kamar mandi
mengingatkanku pada dirimu
matanya merah, dan aku melihat matamu juga merah
yah...
paling tidak aku membayangkan matamu memang merah saat itu
haruskah aku menebak-nebak?
karena kita terpisah 250 km jauhnya
dahan-dahan pohon rambutan milik tetangga
bergoyang membisikkan suara angin
ssshh.. diam sebentar!!
sungguh, aku mendengar suara detak jantungmu
di antara angin yang bertabrakan dengan daun-daun itu
aku melihat dahan pohon itu cukup kuat,
yah... aku bertaruh pasti sangat kuat
tapi kurasa langit itu cukup tinggi untuk menggantung lehermu
aku tertawa melihat betapa cerahnya hari ini
suatu kebetulankah kalau tidak ada hujan yang turun?
kupikir langit pasti semakin cerah kalau kamu ada di sana
meski kudengar jantungmu berdetak di antara pepohonan,
aku tak bisa mendengar apa yang dia katakan..
sayang, katakan padaku?
bertanya-tanya seperti itu membuatku lapar
aku mengambil roti bolu di atas piring
sebenarnya tidak ingin makan
tapi aku ingat penggalan kata di film india
"hati yang salah, kenapa perut yang dihukum?"
oh, aku tak ingin maagku kambuh
tapi
aku tak pernah tahu kalau roti bolu ternyata pahit
paling tidak,
itu roti bolu paling pahit yang pernah kumakan
jadi
maukah kau mengatakannya padaku?
5 Nov 2008
Secawan Tangis
hari ini aku melihatnya lagi
dia di sana, menari, mencoba menangkap awan yang mencair
aku mendekatinya dan bertanya
"mengapa kau berdiri di bawah hujan?"
dia tersenyum dan menjawab
"untuk mengumpulkan airnya di dalam cawan ini"
kembali ia menari dengan kepala menengadah ke atas
ah, ada sesuatu yang tidak aku sadari
"kenapa air hujan tidak membasahimu?" tanyaku
dia mengalihkan matanya ke arahku
"ambil cawanmu dan kau akan tahu" katanya
"cawan?" tanyaku
Ia menjawab "ya, cawan yang biasa kau isi dengan air mata. Kau punya bukan?"
aku mengangguk dan berlari mengambil cawanku yang hanya terisi sedikit.
aku bertanya-tanya
entah kapan cawan ini akan penuh,
karena tiap menangis aku tak begitu memerlukan berliter-liter tumpahan air mata
satu atau beberapa tetes, dan itu cukup
"ah mungkin tak ada salahnya kubiarkan ia penuh berisi air hujan"
aku menghampirinya, dan ia berkata
"ikutlah bersamaku"
aku menari, dalam hujan, mengisi cawan
"hey, aku merasa hangat" kataku berseri
dan hujan tak lagi membasahiku
aku tak paham kenapa bisa begitu
dan ia seolah mengerti isi hatiku
lalu mengerling dan berkata
"karena kau membaginya dengan Tuhan. Kau berbagi tangismu dengan tangis-Nya"
ia tersenyum...
12 Oct 2008
Sejenak Saja
bolehkah aku..
sejenak saja
bersandar di bahumu
semenit saja, tak perlu lama
saat itu
aku bisa memohon tiga doa, bahwa
-kita saling menyayangi
-sekarang hingga nanti
-selamanya, lebih lama dari selamanya
bolehkah?
7 Sept 2008
boleh aku berubah untukmu?
ukiran kayu sekarang bersih
debu-debu terbang hilang
cuma beberapa cuil kertas putih
yang mengisi waktu dan ruang
kipas angin menerbangkan
sehelai rambut di bawah mata
tapi tetap saja tawamu yang spontan
menempel di dalam kepala
hey, aku ingin kau tahu
bahwa ada yang berubah
aku menjadi sesosok jiwa baru
itu semua kau yang buat ulah
apa kau sudah tahu, sayang?
ini hati berubah karenamu
jangan biarkan cinta hilang
karena jika demikian,
aku cuma menjadi cahaya bulan remang
yang memantul di danaumu
24 Aug 2008
embuh embuh basi basi bosan bosan
lagi gak da ide nulis
lagi gak pengen nangis
pengen duduk diam
lalu ketiduran
biar malam cepat berlalu
biar nyamuk-nyamuk itu yang menghitung waktu
hisap saja ini darah
aku tak akan marah
tenang hey nyamuk
aku tak akan mengamuk
atau membantai kalian sampai remuk
aku biarkan kalian menikmati ini kulit
atau biar menit yang saling menggigit
berlalu..
berlalu..
berlalu..
ahhh.. kenapa hari ini terasa berat
kepala kepala duh penat
besok deh besok
besok pasti udah ringan
jalan terbuka lapang
detik detik detik...
berisik
bunyi tik tak tik
gak ada melodi yang lain ya..
ni kamar lampu kemana?
ni kacamata hitam siapa yang taruh di depan mata?
ni siang hari kenapa semua jendela terkunci
heh
cahaya
cahaya
cahaya...
kenapa pergi
hey kamu
kamu
kamu
kenapa tak menyingkir dari kepalaku
duduk diam di dalam sana, siapa butuh itu
pergi...
kalau perlu pergi dari hati
biar lepas saja
lepas
lepas
aku koyak ni kertas
masuk keranjang sampah
ahhhhh....
besok kan?
bener besok?
apanya yang besok?
besok kamu mau kembali
atau mau pergi?
kamu pilih
aku putuskan
apa..
apanya...
20 Aug 2008
Tranquility
I'm playing with fire, just a little more step to get burned.
lack of sleep, getting me mad, leaves me unrestfull till i see the morning sun between the clouds.
need faith. feed my poor soul and mind with sound of tranquility.
a peaceful place.
heaven's too much and hell's too weary of pain.
Ambiguous religion.
17 Aug 2008
Balerina
balerina
melompatlah ia, sang balerina..
berputar, berayun
diiringi swan lake tchaikovsky
angsa yang cantik
angsa yang kesepian
angsa yang merindukan cinta
apa yang penonton kagumi dari tariannya,
selain kepedihan sang balerina?
Cerita Adenium
dulu ia pernah indah
dulu...
sebelum tangan kita menjamah
memekarkan bunga merah tua yang cantik
begitu berharga hingga kita mengorbankan tak sedikit
dan akhirnya menjadi hak milik
lihatlah,
ia sungguh indah
dan kepadanya kita bangga
larut dalam pesona
lalu musim lain bercerita
badai yang jahat tertawa
dan menerbangkan dedaunannya
terlupa akan cinta
angin yang berganti arah membuatnya rapuh
tak hanya bunga, warnanya pun keruh
padahal dia ingin cinta yang teguh
ah sungguh sayang,
sesuatu yang dulu indah menjadi usang
tapi aku tak ingin menangis
aku akan membuatnya berwarna lagi
selalu ada mentari bersinar di balik gerimis
sebuah keyakinan, dan ia akan mekar kembali
dengan sedikit sentuhan manis
cintanya segera bersemi
ada yang masih menginginkannya tersenyum
ada yang masih menanti bunga merahnya yang ranum
jadi, tenanglah
karena aku tak akan menyerah
akan kupercikkan segenap kekuatan
agar engkau mampu bertahan
apa yang aku pegang dengan erat selama ini
apa yang telah kujaga dan kumiliki
tak akan semudah itu kuakhiri
tanganku memang rapuh,
tapi aku tahu ia akan berbuat penuh
tak akan kubiarkan layu,
karena ia adalah kesayanganku
sampai ia mekar kembali hingga saatnya
dan bertabur warna
kita saling menyayangi
dan lagi,
aku percaya,
bahwa
yang membuat kita bertahan,
adalah keyakinan...
16 Aug 2008
Ambiguitas dalam Rasionalisme Gading yang Retak
Mereka berkata bahwa aku hebat. mereka berkata bahwa aku payah. aku hanya diam, dan mereka tak meneruskan kalimatnya karena mereka pikir aku tahu maksudnya. ah, tidak! tidak! aku masih belum menemukan maknanya. dalam hal apa? apakah aku hebat karena bersikap buruk? ataukah aku payah karena bersikap baik?
dari sini, aku membuat jalan untukku sendiri, "aku hebat karena aku payah", atau menggunakan sisi sombongku untuk mengatakan "aku payah karena aku hebat". tak ada manusia yang sempurna. seperti halnya jika aku mencintai seseorang, akan kukatakan padanya"aku mencintaimu karena engkau tak sempurna" itu akan menjadi bukti ketulusan atas penerimaan. dan jika memang demikian, kalimat-kalimat itu harusnya berbunyi "aku hebat karena bersikap baik" atau "aku payah karena bersikap buruk" lihat, aku memang sombong atau aku yang terlalu lemah? sehingga bukti kelemahan itu ditunjukkan dengan kesombongan yang tak ada harganya. yang mana yang benar? bukankah seharusnya hal seperti ini tak usah dipikirkan karena akan membuang terlalu banyak waktu untuk sekedar menyatukan titik satu dengan titik lain. waktu? aku masih membicarakan waktu? oh, harusnya aku lebih bijaksana lagi, karena aku bahkan tak tahu, aku yang mengejar waktu, atau waktu yang mengejarku. dalam ruang paralel ini, haruskah aku menganggap diriku sebagai narapidana karena terpenjara oleh keyakinanku sendiri? dan mereka, masih, memanggilku sampah. justru, sebutan sebagai sampah masih menjadi hal yang aku sukai.
Sudut yang Lain
ini adalah sebuah waktu
di mana tiap insan berada
dalam sudut pandang berbeda
berseru deru
di sini hanya sebuah tempat
antara halusinasi dan mimpi
antara ada dan hampa
sinting dijejal pening
hakikat manusia dalam rentetan asa
tangan memohon angan
kaki mengharap pergi
perih
menjerit kepada semesta
lirih
mengaum pada fana
o, perih terasa lirih
o, semesta hanyalah fana
ini mata yang buta
atau
hati yang terkunci?
hanya putih semburat di ruang gelap...
14 Aug 2008
Lily: Dalam Layu
"ada bagian dari diri seseorang yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata, dengan tulisan atau dengan sajak terindah apapun, ketika kita hinggap dalam dunia coba memahami isi hatinya dan mengerti perasaannya. karena hanya manusia yang tidak mampu melihat siapa dirinya. hanya manusia yang tidak dapat hanyut bersama hidupnya. dia lah yang akan menjadi legenda bagi dirinya sendiri, dia lah batu yang tak goyah oleh badai, kokoh berdiri terkadang liar....lebih liar daripada angin"
Lily terhenti dari menulis, kembali menutup coretannya, dia bangkit dari tempat tidurnya kemudian menyibakkan tirai jendela yang lebih mirip menyibak kabut di dalam dirinya, lalu mencoba menghitung bintang yang menyala di langit malam yang syahdu. bersama kupu kupu dan serangga malam dia mencoba memaknai senja yang telah lalu. Menatap danau kehidupannya yang begitu luas, Lily berkata pada diri sendiri "Seorang Romeo menghampiriku dan kemudian dia datang untuk pergi dari sebuah kehidupan penuh misteri. Katakanlah, untuk apa seorang Isa ada di dunia ini jika ia tidak mampu membuka hati dan mengobati jiwa jiwa yang rapuh merindukan musim semi ketika kegersangan hanya menimpa keyakinan mereka?"
"Lily...." Sebuah bisikan angin menyebut namanya. Lily hanya terdiam serasa ada yang bergejolak dalam perasaaannya. Angin itu hanya dapat secuil mengobati rindunya ketika dia merasa sendiri, tak ada yang disampingnya, tak ada yang menyapanya. yang ada hanya ruang kosong tanpa menyisakan kenangan. Lily mendesah pelan, kini dia merasa asing akan dirinya "Ahhh.... Romeo... Romeo... dirimu hanyalah oase di padang fatamorgana, yang hanya dengan semu menyejukkan kekeringan hatiku, dengan semu memberikan kesegaran jiwaku....Sebuah penantian yang terlalu lama untuk mendekatkanku dengan air yang selama ini kucari. Air yang tak akan pecah bersama tangis ini... Romeo.... Andai saja cinta mampu ungkapkan tentang bidadari yang tak pernah lelap, seperti cinta ini yang tak pernah lelap untuk dapat memiliki kesempatan sekejap saja agar dapat melihat wajahmu dalam naungan terang, bukan hanya bayangan yang nampak di sudut kamarku. Ungkapkan tentang arti hidup dan bukan hanya diam yang menyisakan tanda tanya. Aku hanya ingin punya keyakinan, seperti sekuntum mawar yang tak pernah ragu akan cintanya kepada mentari, begitu juga dengan mentari yang selalu tersenyum menghangatkan merahnya yang menyala."
Lily menangis,kini dia menangis seperti seorang anak kecil."Aku menangis bukan karena aku wanita...tapi karena aku adalah manusia" Dia membela diri atas peri malam yang mencibirnya.
"Sebuah lilin, hanya dia yang mampu menjadi petunjuk jalanku.
tapi apalah artinya apabila dia mati
yang disisakannya adalah abu....abu.... dan abu saja yang semakin menyesakkan dada....aku tak tau kemana harus berlari, yang selama ini kucari tak kan bisa didapat hanya dengan menoleh ke arah langit tanpa bingkai....."
Lily menatap nanar pada kegelapan malam.... duduk dengan pikiran kosong yang seolah merasuki relung hidupnya.
dari jendela dia mampu melihat seisi kota yang penuh dengan gemerlap lampu malam.
"di atas adalah bintang , dan di bawah adalah gemerlap lampu.... dan aku tak bisa membedakan keduanya. mereka datang hanya pada malam dan bersembunyi pada waktu siang...sebenarnya apa yang mereka takutkan....tidakkah sang mentari pun cukup menjadi musuhku???
Di dalam diam ...di dalam hening .... di dalam buaian sang malam...siapa yang sanggup menciptakan cermin bagi diri sendiri??tidakkah aku harus mengakui semuanya kepada takdir?"
*****
"Romeo... jika kau ada di luar bersama sang waktu, ajaklah aku kepadanya. aku ingin berteman dengan sang waktu agar dia dapat mengembalikan aku ke saat-saat itu.. saat di mana aku masih menjadi diriku yang sebenarnya."
22 Jul 2008
Tanda Tanya
satu ketika
sore itu berubah menjadi malam
dan ia tak menceritakannya pada bintang
yang ada hanya rindu
dan sebait puisi
yang dipersembahkan untuk kemilaunya
kamu pun demikian
ada di luar waktu saat kau melintasiku
berlayar jauh di depanku
tapi tak pernah membalas isyaratku
dan aku
belum berhenti mengejarmu
laut biru
dan matahari senja yang tenggelam di atasnya
membawamu menuju garis berwarna emas
semakin jauh
menghilang
dan aku selalu berharap
sayang,
menolehlah ke belakang...
10 Jul 2008
Simfoni Mimpi
aku percaya pada kekuatan mata
kekuatan dari sebuah metafora tak asing
yang akan senantiasa menjadi
petunjuk di mana asaku berada
kau adalah simfoni mimpiku
yang selalu melantunkan nada
teduh dalam desah nafasku
sebagai malaikat penjaga tidurku
jalan berliku tak lagi panjang
lorong sunyi tak lagi gelap
dan tangan yang selalu menggenggamku
terus membawaku ke arah cahaya
di sana
hanya ada kebahagiaan
dan kita memaknainya bersama
aku merasakan kehangatan
dalam cahaya yang menuntunku
Aku bersamamu
terus mencipta nada paling indah
dalam simfoni mimpi
Hadiah Terindah
manusia hanyalah pendamba mimpi
ketika yang kurasakan adalah
sepi, menanti asa
dan aku hampir memaknainya seorang diri
kita hanyalah manusia
yang tersenyum melihat bunga-bunga bermekaran
dan aku tak pernah mengerti
tentang takdir yang telah tertulis dalam angin
bahwa aku menemukanmu
aku mendapatkanmu, sebagai hadiah terindah
sebagai bunga yang mekar di hatiku
dan hari-hari tak lagi sama
ketika aku menulis tentang kekuatan kasih
yang membuatku mendapatkanmu
aku tahu..
kata-kata bukanlah suatu permainan
ketika aku mempunyai harapan
hadiah itu akan terjaga abadi
amin...
Sesuatu Sedang Terjadi
siang itu sungguh cerah
jadi aku menutup kaca hitam helmku
segera saja aku kehilangan semua warna
aku mulai menyusuri jalanan ini
seorang diri
dengan pemandangan yang monokrom
tiba-tiba kau memanggilku
lewat isyarat kau mengedipkan mata
dan dengan satu gerakan aku menyetujuinya
kita mulai berkelana bersama di sore itu
angin dan aroma laut
terasa memenuhi langit hari ini
aku ingin merasakannya dalam canda
ingin membiarkan debu-debu menggesek kulit
dan ingin melihatmu dalam keindahan
jadi aku melepas helm dan merasa bebas
kini duniaku kembali berwarna
katakan padaku
apakah kau menyadari
bahwa ada diriku di dalam dirimu
kau boleh memberi tanda apapun
agar aku tahu demikian
ini pertama kalinya
kita menuju sore yang menyala
di laut dengan gelombang yang pecah itu
kau hanya menganggukkan kepala
dan menawarkan tangan untuk kugenggam
aku tersenyum dan menerima tawaranmu
apakah ini jawabanmu?
di pasir ada sesuatu yang bercahaya
terkena sinar kemerahan
kerang mungil yang indah
dan kau memberikannya padaku
benda kenangan pertama kita
kusimpan dalam kantong berwarna pink
kerang itu bicara bahwa
ada sesuatu yang terjadi di antara kita...
6 Jun 2008
Bait Panjang dalam Malam Penat
pagi yang menyapa siang
bulan dan bintang yang menggantikan matahari
dan cinta yang mengalahkan rasa benci
adalah hal-hal yang akan
terus berubah sepanjang hidup
menimbun dalam semak kehidupan sebuah ilalang
tonggak berdiri kokoh dan tak lengang oleh waktu
butir-butir kelam mulai menetes di jalanan
hilang...
jauh menyusup melewati rongga-rongga bercelah
hanya perubahan
yang mengantar kehidupan seorang manusia
dan menjadikan hidup
tak lagi datar
tawa-tawa yang diisi oleh penguasa malam
pengembara kelelahan mencari rumah hatinya
dunia yang kosong,
dunia yang teramat sempit
di dalam diri,
kita hanyalah seonggok tanah liat
apa yang ada di luar?
berlomba dengan masa
dan waktu tertinggal di belakang
kejar.. kejar... kejarlah ia
sampai batas kesempatan mengurung
menyanyikan sajak sumbang
didengarkan penari jalanan
tertawa... tertawa... tertawalah
pada sandiwara dunia
operet usang murahan dalam gang sempit
menghantar mimpi-mimpi manusia
dalam khayalan istana mewah
Pengisi Kekosongan Langit
bintang-bintang yang memerlukan sinar
bulan yang tak pernah mau berkedip
delapan tatapan sinar planet tata surya
terkadang,
bintang jatuh yang membawa harapan tiap manusia
komet yang hanya sesekali menengok
hujan meteor yang menandai perayaan agung
sampai,
kabut bima sakti yang membentuk jalan susu
lalu,
langit biru yang memantulkan pelangi
langit mendung yang menyapu kegersangan
rintik hujan dengan irama harmonis
awan putih yang beriringan
burung dan kupu-kupu yang berkejaran
apa kau pernah membayangkan
jika langit yang tanpa bingkai
tidak memiliki itu semua
apakah
kau akan mampu menceritakan keindahan?
Seperti Aku
sama halnya seperti langit
aku juga ingin mengisi kekosongan di hatimu
membuat hari-hari menjadi indah
meski tak pandai mengatakannya
aku tak ingin kau sendiri
aku ingin melihat
apa yang kau lihat
apa pun kejadian yang kau alami
aku juga ingin merasakannya
jadi aku tak hanya mendengarkan ceritamu
tentang keindahan jagad raya
karena aku akan bersamamu berbagi semua itu
jauh di sana
di sebuah tempat yang belum kita kunjungi
bunga-bunga menanti kita
karena hanya manusia saja
yang tersenyum melihat mereka bermekaran
dan bermandikan sinar matahari
suatu hari…
7 May 2008
Untitled
teruslah bersinar untukku, matahariku
dan jangan mengubah bentukmu
karena aku sangat sendirian kini
aku ingin kau menyinariku dengan cinta
dan tak ingin mengucapkan selamat malam padamu
karena aku akan kedinginan saat itu
aku butuh kamu untuk menghangatkan aku
tangis, gelisah, takut dan sedih
aku ingin kau mencairkan semua rasa itu
tersenyumlah untukku, matahariku
dan kilaukan nyalamu dengan terang
maka kau akan melihat
bunga-bunga yang berwarna cerah karena kasihmu
jangan biarkan ia layu
tapi biarkan ia tahu bahwa engkau mencintainya
karena ia akan menyambut cintamu dengan memekarkan kelopaknya
maka akan ada begitu banyak yang bahagia dengan keindahannya
kumbang, lebah, kupu-kupu dan bahkan manusia
aku ingin kau membuat mereka lebih mencintai bunga itu...
nyanyikan syair surga untukku, matahariku
dan senandungkan bisikanmu yang merdu
karena laut itu membuat perahu terombang-ambing dalam badai
dan langit bagai bergemuruh dalam ritme yang membingungkan
aku ingin kau membirukan mereka
agar mereka tahu bahwa hidup lebih indah dengan cinta
sauh, angin, camar, awan
aku ingin mereka ikut bernyanyi bersama nafas syahdumu
ah, matahariku... matahariku...
apakah permintaanku terlalu egois?
karena jika demikian
langitku akan mendung, lautku akan kelam
bungaku akan mati
dan aku akan tertinggal dalam kesendirian...
Far Off Dream
aku tak pernah berusaha mengingat
sudah berapa lama sejak kita saling memiliki
karena malam terlalu pendek untuk sekedar menghitungnya
di setiap hari menjelang tidurku yang tak pernah lelap
kau akhirnya selalu berkata "aku menyayangimu, aku merindukanmu"
kau lihat?
ruang dan jarak tak mempengaruhi kita untuk saling berbagi, bukan?
aku mempercayainya karena kau yang mengajarkannya padaku
lagi dan lagi
aku terselamatkan oleh kata-kata itu
kau pernah menoreh goresan:
"cinta tak pernah dapat diukur,
dengan dalamnya laut,
atau dengan tingginya everest.
ia hanya dapat diukur,
dengan tawa dan air mata,
dengan detak jantung yang bergemuruh,
ketika mendengar namanya.
dan nama spesial itu adalah......" *
ya, kau mengisinya dengan namaku
dan aku memberikan jalan untuk air mata
aku tak ingin menyeka tangisku
karena momen itu sangat berharga
apakah aku mempercayainya?
aku bahkan tak mengerti untuk siapa aku hidup
karena saat berjalan aku tak punya tangan untuk kugenggam
lagi,
kau menguntai kata-kata yang terlalu indah :
"satukan jari-jari tangan kirimu,
dengan jari-jari tangan kananmu.
salah satunya adalah milikku, kau sedang menggenggamku" **
dan :
"di setiap melangkah,
kau mungkin merasa sendiri.
tapi lihatlah dengan baik,
menolehlah,
kau akan menemukan bayangan.
dan itu adalah aku.
jika kau memahaminya,
kau tak sendiri karena aku bersamamu,
aku melekat di dirimu" ***
jika memang demikian,
maka kau adalah cahayaku
aku tak mungkin menemukan bayangan jika ia tak ada
enter the light, leave the dark
enter the light, i enter you
dan sungguh, jika ini memang takdir yang seperti kita katakan
maka kita akan bertemu, di hari ini, di suatu tempat
suatu dimensi
dan sekarang aku meragukannya
terlalu banyak hal berharga
yang tak cukup dibayar air mata
jadi aku menyetujuinya
meski semua menyisakan enigma
aku tak menyesalinya
Kenapa?
mendekatlah,
biar kurasakan detak jantungmu
kita sama
bukankah kita manusia
yang lemah tanpa tuntunan sahabat
kenapa menjauh dariku?
tak ingin mengenalku
setitik debu terbang ke angkasa
dia tidak menghilang
hanya menyatu dengan jagad
sebagai pelengkap
bahwa tanpanya
alam bukanlah sesuatu yang nyata
egois
kita semua punya rasa itu
tapi jika kita mampu meleburkannya
kita akan menjadi insan
yang mulia
Goresan Awal Musim
burung-burung camar
tak pernah jenuh menuntun nahkoda
ke sebuah tempat di mana mimpi,
mampu menjadi sebuah kenyataan
melayang bersama mega-mega merah
yang diselimuti senja
dan membawa kembali hujan
ke hamparan yang tandus
setiap insan tahu, siapa di balik pelangi
purnama tak malu mengantarkan nyanyian gembira
untuk si cantik venus yang selalu setia menemani,
di setiap kemunculan pertamanya
dan kunang-kunang
akan berdansa untuk menjadi kekasih sang malam
setiap kali musim berganti,
di dalam angan dan mimpi,
kedatangan sang bidadari
menjadi satu harapan bagi jiwa-jiwa hampa
yang membutuhkan sekuntum bunga
di awal musim
Air
hanya ingin menjadi air
yang mampu membersihkan jiwa-jiwa kotor
oleh segala rayuan ambisi
dan menyucikannya lewat kesejukan
menjadi air...
yang mampu memadamkan api kepongahan
dan membawa hati menuju tempat paling damai
dan berirama
berada dalam wujud air
ketika tak seorang pun mampu menggenggamnya
bebas bergerak
tak sekecil celah pun mampu mencegahnya
tak sekecil celah pun mampu menahannya
untuk terus berlari
mengalir mengikuti mimpi dan tujuannya
anugerah terbesar pada air
melepaskan jerat dahaga yang membelenggu
dan menjadikannya syahdu dalam rasa damai
berada dalam rupa air
yang tak seorang pun mampu melihat
seperti apa bentuk di balik kejernihannya
karena yang dapat manusia temukan di dalamnya
hanyalah… bayangan diri...
Teman
manusia memiliki rantai tak terlihat
yang membuat terbelenggu di tanah
itulah mengapa kita tak bisa terbang
tak seperti burung-burung itu
yang bebas melayang di antara bumi dan angkasa
tapi di sini
ada begitu banyak yang bisa aku dapat
karena bila bersamamu
aku akan memiliki sayap
kita semua
meski tak pernah bertemu sebelumnya
aku akan selalu tahu
semua ini bukan hanya mimpi
dan ketulusan menjadi jalan kepercayaan
harapan itu tak akan jauh
jika kita membaginya bersama
dinding itu tak lagi menghalangi
untuk bercerita bersama
karena kita di sini sama
untuk memahami kasih sayang
Sekeping Uang Logam
keping uang logam terjatuh di balik lemari
ting... ting... ting...
tak tahu bagian mana yang terbuka
gambar atau angka
aku tak akan bertaruh
satu yang aku tahu
ia masih di sana
diam diselimuti debu-debu nakal
tapi dia tak boleh goyah karenanya
karena dia
sangat bernilai
dia butuh siapa pun
aku, kau, dia, kalian atau mereka
untuk mengambilnya dari balik lemari
karena suatu saat
jika ia terlalu lama di sana
ia tak akan berharga lagi
Sabtu Akhir Maret
pukul dua siang
aku terbangun dari mimpi siang bolong
kucuci muka
dan bersiap mengeluarkan motor dari gerbang
aku jadi tersenyum kala akan kutemukan wajahmu
di sore yang menyala ini
karena,
aku tahu aku menyayangimu
dan hari-hari menjadi indah
bila kita bersama menikmati pagi cerah
tiba-tiba aku berhenti dari lamunan
o.. o.. rupanya aku menabrak lampu merah
dan klakson bak teriakan ibuku
terus menggema di telingaku
dasar bodoh!
padahal aku tahu kau benci hal ceroboh
lalu kupukul kepalaku (helmku) dan tersenyum malu
padahal,
aku sungguh menyayangimu
siang yang panas akan menjadi
danau tersejuk di dunia kita
dasar payah!
aku terlambat lagi untuk kesekian kali
dan tak sadar celana panjangku sudah belepotan oli
lalu kujumpai kau dalam suasana paralel
tersenyum dan kita hanya berbicara dengan mata
tetapi,
aku sadar aku menyayangimu
bila menatapmu aku berada di telaga jernih
kudengar suaramu menyapu udara di sekitar rambutku
aku diam dan kakiku gemetar
serasa jantung ini berpindah ke lutut
sementara kanan kiriku hanyalah
dua patung bernyawa
sampai kulakukan hal terbodoh di depanmu
aku merasa asing di tempat yang aku kenal
walaupun demikian,
aku akan selalu menyayangimu
tak tahu di luar mendung atau cerah
karena aku hanya ingin menatap matamu
salju itu cair
tapi kebekuan kita masih membentuk bongkahan
dan aku sadar bahwa aku
tak dapat mengungkapkan yang sebenarnya
sampai awal tanpa mula itu menandai
bahwa,
aku juga ingin kau menyayangiku
dan berharap aku adalah pelabuhan terakhir hatimu
Nyanyian Rindu
aku sedang bernyanyi ke arah langit,
kemudian tercenung "sore ini mendung sekali..."
dan titik air mulai menghiasi laguku
apakah langit sedang berduka atau menangis bahagia?
aku tidak tahu, yang kutahu hanya
aku sangat merindukanmu
aku ingin lewati senja bersamamu
mengalahkan keindahan laut
dan mataharinya yang terbenam
lalu perlahan...
titik air itu sudah reda,
nyanyianku sekarang,
digantikan oleh binatang-binatang malam
yang mulai berpesta
kini jalan hanya dihiasi azan dan genangan becek saja
tapi di mana kamu?
sudahkah kau terima pesan
yang kukirim lewat angin barat?
atau dia terjebak di udara yang basah?
ah…
sedang apa kamu?
apa kamu juga sedang memikirkan aku?
28 Apr 2008
Drama yang Kita Cipta
theater itu indah, kak
karena
kita bagian dari drama dunia
seni yang membuat jiwa kita
terus bergerak dan bergerak dengan sayu
kak, langkahku menyurut
aku terjebak dalam kanvas yang abstrak
bingung mencari titik temu
untuk hatiku
yang terus mencari
kakak, jauhkan aku dari sepi
yang membuatku kehilangan cahaya
dan lilin yang terpasang di sudut jeda
aku ingin kau menemaniku
ini hanya sebuah coretan
bahkan aku sendiri tak tahu apakah ini berguna
tapi dia ada
untuk mencari sebuah kepastian
dalam drama yang kita cipta
Kosong
aku dan segalanya
mati
bertahan pada kosong
lembah
dakian patah
jatuh
tersesat
hanya angin
tiang
bahu
kesedihan
sepi
tali yang mengikat
lebam
tertusuk
duri
tajam
tak ada semulia harumnya
takut
hanya pada bayangan
sinar
terangi sisi jiwa
menipis
daun daun
beterbangan
benang
rapuh
putus
bukan cinta sejati
asa
tanpa penghuni
kosong
berdebu
cinta
sesaat
ditinggalkan
pengap
tak terjamah
tak tersentuh
hanya gesekan halus
lengang
ruang hampa
berdebu
tanpa suara
sunyi
gema
menandakan kosong
air mata
gelap
ratusan masa
jelajahi
nihil
tanpa ajal
tanpa mula
mata
muara
tanpa jawaban
Aku Pikir Hatiku...
diamku ini tidak untuk menunggu sebuah harapan
bahwa apa yang terjadi
ketika terperosok ke dalam lubang
cahaya maya mengoyak tubuhku
tercabik dalam jiwa rombeng
yang menginginkan kesempuranaan
seolah tanpa cacat tanpa cela
seonggok kecantikan liar yang semu
aku pikir hati ini akan berkata lain
dengan gelisah aku memainkan gitarku
nada yang terdengar akan mewakili kegugupanku
yang tak mampu bermain kata-kata
pengembaraan itu
suatu saat akan menuju keabadiaan
di mana semua mampu menerbangkan sayapnya
dan akhir itu akan menjadi awal
aku pikir hatiku yang mengucapkannya
ternyata hanya angin lewat
Yogya (Manusia-Manusia Jalanan)
di sana berada
aku merasa terenyuh dengan mereka
penghuni kehidupan ini
betapa banyak roda roda yang sedang berputar
tapi tujuan yang dicapai tak jelas
di sana…
dalam kegersangan sebuah kota yang liar
bersama panas yang menjatuhi ubun-ubunnya
tak ubah bagai sebuah kayu yang terbakar
mereka hitam bersamanya
mereka hidup bersamanya
mereka ada disana
dan mereka lah pemilik waktu sebenarnya
mereka lah pemilik hidup yang sebenarnya
hanya manusia
yang tak mampu melihat ke dalam matanya
hanya manusia
yang tak mampu mencerna arti hidupnya
mereka…
orang orang yang luar biasa itu
yang mati tanpa khayalan
yang berteriak tanpa khayalan
Sajak Sebuah Payung
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
tidakkah ia rindu akan hujan yang mengguyurnya
berselimut jaring laba-laba yang melukis dinding
menginginkan cintanya bersemi
oleh bulir air yang hangat
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
bertahta debu yang menghiasi kehidupannya
membisu resah menyembunyikan suara hati
tidakkah seseorang
membutuhkan perlindungannya?
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
tertangkup kecil tak sudi mengembangkan senyumnya
bersembunyi lengang seperti kerikil di bawah pot
berharap angin yang sejuk menemukan keberadaannya
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
sepi menanti cintanya...
Lukisan Dunia
sudahkah kau tangkap suatu maksud
dari merahnya langit, kelabunya awan
dan dari tenangnya aliran air itu?
menangkap sendu padang berbatu
kemana air mata kemarin mengalir?
berselimut kepiluan nyanyian parkit
mengharap kerinduan yang sepi
kemana dunia yang kemarin kukenal?
menguntai mimpi-mimpi yang sunyi
dan menangis pada sandaran hangat
lebamnya malam, menusuk rusuk jantung kematian
mencari sinar yang berpendar
melingkari bintang dengan pena perak
dan menghimpunnya menjadi cahaya kehidupan
terjerat kekosongan liar
yang memeluk erat mendekap nadi
berbisik senyuman hujan
meresap dingin menghempas padang berdebu
kerasnya dinding tak berpagar itu
meruntuhkan bara yang merah menyala
tapi sudahkah kau tangkap suatu maksud
dari gelapnya mata itu?
Danau Angsa
biarkan ku melihat
satu titik purnama yang terpantul pada jernihnya
satu tetes embun yang tersejuk pada kilaunya
satu bersit hujan yang terdingin pada anggunnya
satu rasa rindu yang tersimpan pada sunyinya
biarkan ku mencari
makna yang tersembunyi pada matanya
angan yang memancar pada sayapnya
hangat yang terhampar pada bulu putihnya
cinta yang hilang pada dekapnya
biarkan ku menanti
purnama yang akan menyinari matanya
embun yang akan mewarnai sayapnya
hujan yang menetesi bulu putihnya
rindu yang akan mengisi dekapnya
biarkan ku merasakan
matanya yang jernih
sayapnya yang berkilau
bulu putihnya yang anggun
dekapnya yang sunyi
biarkan ku mengerti
makna yang dipancarkan purnama
angan yang diharapkan embun
hangat yang dinantikan hujan
cinta yang menjadi kerinduannya
"Aku Pulang, Teman..."
"aku pulang, teman..."
ya, akan kuantar kamu. ke mana?
"gerbang keabadian..."
dirinya tinggalkan mimpi, sosoknya terjaga
dalam keindahan dia lintasi senja
dan berpelukan dengan langit
aku merasakannya saat awan berwarna merah
di sana,
terbang sangat jauh
"aku pulang, teman..."
ingatlah aku agar kau tahu aku selalu hidup
ya, aku akan menjagamu di dalam sini
bersinar bersama cakrawala dalam nadiku
aku tahu kau sedang tersenyum
"aku pulang, teman..."
dan kau aman sekarang
kau terlindungi, sayang
kau
sudah ada di rumah
- September 2003 -
Sajak Murahan Seorang Pemabuk
apa yang kau tertawakan dari kehidupan ini?
apakah kau hanya menuruti perintah sang ratu,
kemudian tertidur dalam mimpi
bersama sari buah anggur yang melenakan?
mampukah kau maknai semua?
sedang dirimu mengaku sepenuhnya sadar
dan terjaga dari lampu malam yang redup
inikah suatu kesadaran yang kau maksud?
memperdaya kepercayaan kami
dengan segala tetek bengek yang kau berikan
ah, kami hanyalah anjing-anjing
yang mendekat padamu
karena mendengar siulan hipnotis
untuk selalu mengikuti jalanmu. bodoh!!
apa yang akan kau lakukan?
mengucuri kami dengan darah kami sendiri?
kau hanya serigala dengan lolongan yang mengerikan
ambisimu sendiri akan mengalahkanmu
jadi, akankah kau menyeret kami dalam kebingungan?
robot-robot bernyawa tak berdosa
yang menghilangkan kesadarannya
dalam bentuk dan rupa palsu
yang hanya dijejali ego
hai, dunia... dunia...!!
dengarkan mereka yang ada di atas tanahmu
jangan biarkan kami menjadi
sampah-sampah tak berguna
yang dari lahir hanya menjadi
pajangan tanpa seni dan arti..
Sejenak Aku Termenung
sejenak aku termenung
saat bunga bunga mulai berjatuhan
dan daun coklat menandai usianya yang makin matang
jenuh ketika ada sisi kehidupan dalam bathin
di antara rumput musim dingin,
yang lebih liar daripada angin
sejenak aku berhasrat
uluran tangan yang menuntun
ketika jalan yang cerah mendadak gelap
dan berkelok ketika aku menginginkannya lurus
sejenak aku ingin menjadi
sebuah karang tak tergoyahkan oleh badai
dan berdiri kokoh di antara musim menyengat
ada sesuatu yang menjadikan kuat
meski rusak dimakan usia
sejenak aku merasa
awan putih menyelubungi mimpi
ketika aku dengan kesusahan menggapainya
akan kukejar sampai ke atas langit
di mana ada emas yang terhampar di ujung pelangi
sejenak aku menyesal
di usia yang aku bawa hingga saat ini
bersama misteri dibalik padang gersang
suatu kehidupan berdansa
lewat kisi-kisi perbukitan
bersama kincir angin,
yang akan menerbangkan aku
sejenak aku diam
menatap takdirku yang tertulis dalam angin
dan sauh yang selalu mendambakannya
sambil menutup mata melihat ke dalam mimpi
sejenak kemudian
aku hanya sebatang alang-alang
terlalu rapuh...