theater itu indah, kak
karena
kita bagian dari drama dunia
seni yang membuat jiwa kita
terus bergerak dan bergerak dengan sayu
kak, langkahku menyurut
aku terjebak dalam kanvas yang abstrak
bingung mencari titik temu
untuk hatiku
yang terus mencari
kakak, jauhkan aku dari sepi
yang membuatku kehilangan cahaya
dan lilin yang terpasang di sudut jeda
aku ingin kau menemaniku
ini hanya sebuah coretan
bahkan aku sendiri tak tahu apakah ini berguna
tapi dia ada
untuk mencari sebuah kepastian
dalam drama yang kita cipta
28 Apr 2008
Drama yang Kita Cipta
Kosong
aku dan segalanya
mati
bertahan pada kosong
lembah
dakian patah
jatuh
tersesat
hanya angin
tiang
bahu
kesedihan
sepi
tali yang mengikat
lebam
tertusuk
duri
tajam
tak ada semulia harumnya
takut
hanya pada bayangan
sinar
terangi sisi jiwa
menipis
daun daun
beterbangan
benang
rapuh
putus
bukan cinta sejati
asa
tanpa penghuni
kosong
berdebu
cinta
sesaat
ditinggalkan
pengap
tak terjamah
tak tersentuh
hanya gesekan halus
lengang
ruang hampa
berdebu
tanpa suara
sunyi
gema
menandakan kosong
air mata
gelap
ratusan masa
jelajahi
nihil
tanpa ajal
tanpa mula
mata
muara
tanpa jawaban
Aku Pikir Hatiku...
diamku ini tidak untuk menunggu sebuah harapan
bahwa apa yang terjadi
ketika terperosok ke dalam lubang
cahaya maya mengoyak tubuhku
tercabik dalam jiwa rombeng
yang menginginkan kesempuranaan
seolah tanpa cacat tanpa cela
seonggok kecantikan liar yang semu
aku pikir hati ini akan berkata lain
dengan gelisah aku memainkan gitarku
nada yang terdengar akan mewakili kegugupanku
yang tak mampu bermain kata-kata
pengembaraan itu
suatu saat akan menuju keabadiaan
di mana semua mampu menerbangkan sayapnya
dan akhir itu akan menjadi awal
aku pikir hatiku yang mengucapkannya
ternyata hanya angin lewat
Yogya (Manusia-Manusia Jalanan)
di sana berada
aku merasa terenyuh dengan mereka
penghuni kehidupan ini
betapa banyak roda roda yang sedang berputar
tapi tujuan yang dicapai tak jelas
di sana…
dalam kegersangan sebuah kota yang liar
bersama panas yang menjatuhi ubun-ubunnya
tak ubah bagai sebuah kayu yang terbakar
mereka hitam bersamanya
mereka hidup bersamanya
mereka ada disana
dan mereka lah pemilik waktu sebenarnya
mereka lah pemilik hidup yang sebenarnya
hanya manusia
yang tak mampu melihat ke dalam matanya
hanya manusia
yang tak mampu mencerna arti hidupnya
mereka…
orang orang yang luar biasa itu
yang mati tanpa khayalan
yang berteriak tanpa khayalan
Sajak Sebuah Payung
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
tidakkah ia rindu akan hujan yang mengguyurnya
berselimut jaring laba-laba yang melukis dinding
menginginkan cintanya bersemi
oleh bulir air yang hangat
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
bertahta debu yang menghiasi kehidupannya
membisu resah menyembunyikan suara hati
tidakkah seseorang
membutuhkan perlindungannya?
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
tertangkup kecil tak sudi mengembangkan senyumnya
bersembunyi lengang seperti kerikil di bawah pot
berharap angin yang sejuk menemukan keberadaannya
terdiam kaku sebuah payung
di sudut ruang kemarau
sepi menanti cintanya...
Lukisan Dunia
sudahkah kau tangkap suatu maksud
dari merahnya langit, kelabunya awan
dan dari tenangnya aliran air itu?
menangkap sendu padang berbatu
kemana air mata kemarin mengalir?
berselimut kepiluan nyanyian parkit
mengharap kerinduan yang sepi
kemana dunia yang kemarin kukenal?
menguntai mimpi-mimpi yang sunyi
dan menangis pada sandaran hangat
lebamnya malam, menusuk rusuk jantung kematian
mencari sinar yang berpendar
melingkari bintang dengan pena perak
dan menghimpunnya menjadi cahaya kehidupan
terjerat kekosongan liar
yang memeluk erat mendekap nadi
berbisik senyuman hujan
meresap dingin menghempas padang berdebu
kerasnya dinding tak berpagar itu
meruntuhkan bara yang merah menyala
tapi sudahkah kau tangkap suatu maksud
dari gelapnya mata itu?
Danau Angsa
biarkan ku melihat
satu titik purnama yang terpantul pada jernihnya
satu tetes embun yang tersejuk pada kilaunya
satu bersit hujan yang terdingin pada anggunnya
satu rasa rindu yang tersimpan pada sunyinya
biarkan ku mencari
makna yang tersembunyi pada matanya
angan yang memancar pada sayapnya
hangat yang terhampar pada bulu putihnya
cinta yang hilang pada dekapnya
biarkan ku menanti
purnama yang akan menyinari matanya
embun yang akan mewarnai sayapnya
hujan yang menetesi bulu putihnya
rindu yang akan mengisi dekapnya
biarkan ku merasakan
matanya yang jernih
sayapnya yang berkilau
bulu putihnya yang anggun
dekapnya yang sunyi
biarkan ku mengerti
makna yang dipancarkan purnama
angan yang diharapkan embun
hangat yang dinantikan hujan
cinta yang menjadi kerinduannya
"Aku Pulang, Teman..."
"aku pulang, teman..."
ya, akan kuantar kamu. ke mana?
"gerbang keabadian..."
dirinya tinggalkan mimpi, sosoknya terjaga
dalam keindahan dia lintasi senja
dan berpelukan dengan langit
aku merasakannya saat awan berwarna merah
di sana,
terbang sangat jauh
"aku pulang, teman..."
ingatlah aku agar kau tahu aku selalu hidup
ya, aku akan menjagamu di dalam sini
bersinar bersama cakrawala dalam nadiku
aku tahu kau sedang tersenyum
"aku pulang, teman..."
dan kau aman sekarang
kau terlindungi, sayang
kau
sudah ada di rumah
- September 2003 -
Sajak Murahan Seorang Pemabuk
apa yang kau tertawakan dari kehidupan ini?
apakah kau hanya menuruti perintah sang ratu,
kemudian tertidur dalam mimpi
bersama sari buah anggur yang melenakan?
mampukah kau maknai semua?
sedang dirimu mengaku sepenuhnya sadar
dan terjaga dari lampu malam yang redup
inikah suatu kesadaran yang kau maksud?
memperdaya kepercayaan kami
dengan segala tetek bengek yang kau berikan
ah, kami hanyalah anjing-anjing
yang mendekat padamu
karena mendengar siulan hipnotis
untuk selalu mengikuti jalanmu. bodoh!!
apa yang akan kau lakukan?
mengucuri kami dengan darah kami sendiri?
kau hanya serigala dengan lolongan yang mengerikan
ambisimu sendiri akan mengalahkanmu
jadi, akankah kau menyeret kami dalam kebingungan?
robot-robot bernyawa tak berdosa
yang menghilangkan kesadarannya
dalam bentuk dan rupa palsu
yang hanya dijejali ego
hai, dunia... dunia...!!
dengarkan mereka yang ada di atas tanahmu
jangan biarkan kami menjadi
sampah-sampah tak berguna
yang dari lahir hanya menjadi
pajangan tanpa seni dan arti..
Sejenak Aku Termenung
sejenak aku termenung
saat bunga bunga mulai berjatuhan
dan daun coklat menandai usianya yang makin matang
jenuh ketika ada sisi kehidupan dalam bathin
di antara rumput musim dingin,
yang lebih liar daripada angin
sejenak aku berhasrat
uluran tangan yang menuntun
ketika jalan yang cerah mendadak gelap
dan berkelok ketika aku menginginkannya lurus
sejenak aku ingin menjadi
sebuah karang tak tergoyahkan oleh badai
dan berdiri kokoh di antara musim menyengat
ada sesuatu yang menjadikan kuat
meski rusak dimakan usia
sejenak aku merasa
awan putih menyelubungi mimpi
ketika aku dengan kesusahan menggapainya
akan kukejar sampai ke atas langit
di mana ada emas yang terhampar di ujung pelangi
sejenak aku menyesal
di usia yang aku bawa hingga saat ini
bersama misteri dibalik padang gersang
suatu kehidupan berdansa
lewat kisi-kisi perbukitan
bersama kincir angin,
yang akan menerbangkan aku
sejenak aku diam
menatap takdirku yang tertulis dalam angin
dan sauh yang selalu mendambakannya
sambil menutup mata melihat ke dalam mimpi
sejenak kemudian
aku hanya sebatang alang-alang
terlalu rapuh...