lagi gak da ide nulis
lagi gak pengen nangis
pengen duduk diam
lalu ketiduran
biar malam cepat berlalu
biar nyamuk-nyamuk itu yang menghitung waktu
hisap saja ini darah
aku tak akan marah
tenang hey nyamuk
aku tak akan mengamuk
atau membantai kalian sampai remuk
aku biarkan kalian menikmati ini kulit
atau biar menit yang saling menggigit
berlalu..
berlalu..
berlalu..
ahhh.. kenapa hari ini terasa berat
kepala kepala duh penat
besok deh besok
besok pasti udah ringan
jalan terbuka lapang
detik detik detik...
berisik
bunyi tik tak tik
gak ada melodi yang lain ya..
ni kamar lampu kemana?
ni kacamata hitam siapa yang taruh di depan mata?
ni siang hari kenapa semua jendela terkunci
heh
cahaya
cahaya
cahaya...
kenapa pergi
hey kamu
kamu
kamu
kenapa tak menyingkir dari kepalaku
duduk diam di dalam sana, siapa butuh itu
pergi...
kalau perlu pergi dari hati
biar lepas saja
lepas
lepas
aku koyak ni kertas
masuk keranjang sampah
ahhhhh....
besok kan?
bener besok?
apanya yang besok?
besok kamu mau kembali
atau mau pergi?
kamu pilih
aku putuskan
apa..
apanya...
24 Aug 2008
embuh embuh basi basi bosan bosan
20 Aug 2008
Tranquility
I'm playing with fire, just a little more step to get burned.
lack of sleep, getting me mad, leaves me unrestfull till i see the morning sun between the clouds.
need faith. feed my poor soul and mind with sound of tranquility.
a peaceful place.
heaven's too much and hell's too weary of pain.
Ambiguous religion.
17 Aug 2008
Balerina
balerina
melompatlah ia, sang balerina..
berputar, berayun
diiringi swan lake tchaikovsky
angsa yang cantik
angsa yang kesepian
angsa yang merindukan cinta
apa yang penonton kagumi dari tariannya,
selain kepedihan sang balerina?
Cerita Adenium
dulu ia pernah indah
dulu...
sebelum tangan kita menjamah
memekarkan bunga merah tua yang cantik
begitu berharga hingga kita mengorbankan tak sedikit
dan akhirnya menjadi hak milik
lihatlah,
ia sungguh indah
dan kepadanya kita bangga
larut dalam pesona
lalu musim lain bercerita
badai yang jahat tertawa
dan menerbangkan dedaunannya
terlupa akan cinta
angin yang berganti arah membuatnya rapuh
tak hanya bunga, warnanya pun keruh
padahal dia ingin cinta yang teguh
ah sungguh sayang,
sesuatu yang dulu indah menjadi usang
tapi aku tak ingin menangis
aku akan membuatnya berwarna lagi
selalu ada mentari bersinar di balik gerimis
sebuah keyakinan, dan ia akan mekar kembali
dengan sedikit sentuhan manis
cintanya segera bersemi
ada yang masih menginginkannya tersenyum
ada yang masih menanti bunga merahnya yang ranum
jadi, tenanglah
karena aku tak akan menyerah
akan kupercikkan segenap kekuatan
agar engkau mampu bertahan
apa yang aku pegang dengan erat selama ini
apa yang telah kujaga dan kumiliki
tak akan semudah itu kuakhiri
tanganku memang rapuh,
tapi aku tahu ia akan berbuat penuh
tak akan kubiarkan layu,
karena ia adalah kesayanganku
sampai ia mekar kembali hingga saatnya
dan bertabur warna
kita saling menyayangi
dan lagi,
aku percaya,
bahwa
yang membuat kita bertahan,
adalah keyakinan...
16 Aug 2008
Ambiguitas dalam Rasionalisme Gading yang Retak
Mereka berkata bahwa aku hebat. mereka berkata bahwa aku payah. aku hanya diam, dan mereka tak meneruskan kalimatnya karena mereka pikir aku tahu maksudnya. ah, tidak! tidak! aku masih belum menemukan maknanya. dalam hal apa? apakah aku hebat karena bersikap buruk? ataukah aku payah karena bersikap baik?
dari sini, aku membuat jalan untukku sendiri, "aku hebat karena aku payah", atau menggunakan sisi sombongku untuk mengatakan "aku payah karena aku hebat". tak ada manusia yang sempurna. seperti halnya jika aku mencintai seseorang, akan kukatakan padanya"aku mencintaimu karena engkau tak sempurna" itu akan menjadi bukti ketulusan atas penerimaan. dan jika memang demikian, kalimat-kalimat itu harusnya berbunyi "aku hebat karena bersikap baik" atau "aku payah karena bersikap buruk" lihat, aku memang sombong atau aku yang terlalu lemah? sehingga bukti kelemahan itu ditunjukkan dengan kesombongan yang tak ada harganya. yang mana yang benar? bukankah seharusnya hal seperti ini tak usah dipikirkan karena akan membuang terlalu banyak waktu untuk sekedar menyatukan titik satu dengan titik lain. waktu? aku masih membicarakan waktu? oh, harusnya aku lebih bijaksana lagi, karena aku bahkan tak tahu, aku yang mengejar waktu, atau waktu yang mengejarku. dalam ruang paralel ini, haruskah aku menganggap diriku sebagai narapidana karena terpenjara oleh keyakinanku sendiri? dan mereka, masih, memanggilku sampah. justru, sebutan sebagai sampah masih menjadi hal yang aku sukai.
Sudut yang Lain
ini adalah sebuah waktu
di mana tiap insan berada
dalam sudut pandang berbeda
berseru deru
di sini hanya sebuah tempat
antara halusinasi dan mimpi
antara ada dan hampa
sinting dijejal pening
hakikat manusia dalam rentetan asa
tangan memohon angan
kaki mengharap pergi
perih
menjerit kepada semesta
lirih
mengaum pada fana
o, perih terasa lirih
o, semesta hanyalah fana
ini mata yang buta
atau
hati yang terkunci?
hanya putih semburat di ruang gelap...
14 Aug 2008
Lily: Dalam Layu
"ada bagian dari diri seseorang yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata, dengan tulisan atau dengan sajak terindah apapun, ketika kita hinggap dalam dunia coba memahami isi hatinya dan mengerti perasaannya. karena hanya manusia yang tidak mampu melihat siapa dirinya. hanya manusia yang tidak dapat hanyut bersama hidupnya. dia lah yang akan menjadi legenda bagi dirinya sendiri, dia lah batu yang tak goyah oleh badai, kokoh berdiri terkadang liar....lebih liar daripada angin"
Lily terhenti dari menulis, kembali menutup coretannya, dia bangkit dari tempat tidurnya kemudian menyibakkan tirai jendela yang lebih mirip menyibak kabut di dalam dirinya, lalu mencoba menghitung bintang yang menyala di langit malam yang syahdu. bersama kupu kupu dan serangga malam dia mencoba memaknai senja yang telah lalu. Menatap danau kehidupannya yang begitu luas, Lily berkata pada diri sendiri "Seorang Romeo menghampiriku dan kemudian dia datang untuk pergi dari sebuah kehidupan penuh misteri. Katakanlah, untuk apa seorang Isa ada di dunia ini jika ia tidak mampu membuka hati dan mengobati jiwa jiwa yang rapuh merindukan musim semi ketika kegersangan hanya menimpa keyakinan mereka?"
"Lily...." Sebuah bisikan angin menyebut namanya. Lily hanya terdiam serasa ada yang bergejolak dalam perasaaannya. Angin itu hanya dapat secuil mengobati rindunya ketika dia merasa sendiri, tak ada yang disampingnya, tak ada yang menyapanya. yang ada hanya ruang kosong tanpa menyisakan kenangan. Lily mendesah pelan, kini dia merasa asing akan dirinya "Ahhh.... Romeo... Romeo... dirimu hanyalah oase di padang fatamorgana, yang hanya dengan semu menyejukkan kekeringan hatiku, dengan semu memberikan kesegaran jiwaku....Sebuah penantian yang terlalu lama untuk mendekatkanku dengan air yang selama ini kucari. Air yang tak akan pecah bersama tangis ini... Romeo.... Andai saja cinta mampu ungkapkan tentang bidadari yang tak pernah lelap, seperti cinta ini yang tak pernah lelap untuk dapat memiliki kesempatan sekejap saja agar dapat melihat wajahmu dalam naungan terang, bukan hanya bayangan yang nampak di sudut kamarku. Ungkapkan tentang arti hidup dan bukan hanya diam yang menyisakan tanda tanya. Aku hanya ingin punya keyakinan, seperti sekuntum mawar yang tak pernah ragu akan cintanya kepada mentari, begitu juga dengan mentari yang selalu tersenyum menghangatkan merahnya yang menyala."
Lily menangis,kini dia menangis seperti seorang anak kecil."Aku menangis bukan karena aku wanita...tapi karena aku adalah manusia" Dia membela diri atas peri malam yang mencibirnya.
"Sebuah lilin, hanya dia yang mampu menjadi petunjuk jalanku.
tapi apalah artinya apabila dia mati
yang disisakannya adalah abu....abu.... dan abu saja yang semakin menyesakkan dada....aku tak tau kemana harus berlari, yang selama ini kucari tak kan bisa didapat hanya dengan menoleh ke arah langit tanpa bingkai....."
Lily menatap nanar pada kegelapan malam.... duduk dengan pikiran kosong yang seolah merasuki relung hidupnya.
dari jendela dia mampu melihat seisi kota yang penuh dengan gemerlap lampu malam.
"di atas adalah bintang , dan di bawah adalah gemerlap lampu.... dan aku tak bisa membedakan keduanya. mereka datang hanya pada malam dan bersembunyi pada waktu siang...sebenarnya apa yang mereka takutkan....tidakkah sang mentari pun cukup menjadi musuhku???
Di dalam diam ...di dalam hening .... di dalam buaian sang malam...siapa yang sanggup menciptakan cermin bagi diri sendiri??tidakkah aku harus mengakui semuanya kepada takdir?"
*****
"Romeo... jika kau ada di luar bersama sang waktu, ajaklah aku kepadanya. aku ingin berteman dengan sang waktu agar dia dapat mengembalikan aku ke saat-saat itu.. saat di mana aku masih menjadi diriku yang sebenarnya."